Beranda | Artikel
DOSA YANG PALING MENGERIKAN
Senin, 22 Desember 2008

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar ?” (beliau ulangi pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (HR. Bukhari dan Muslim) Beliau juga bersabda,”Dosa paling besar adalah engkau mengangkat sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan berkata : menurut asal katanya Syirik bermakna nashib (bagian) hal itu terjadi apabila ada sesuatu selain Allah yang dipersekutukan bersama-Nya maka itu berarti dia telah memberikan bagian (ibadah) kepada selain-Nya. Syirik menjadi larangan terbesar karena hak paling agung adalah hak Allah ta’ala. Sedangkan hak Allah ta’ala adalah diesakan dalam hal ibadah. Oleh sebab itu apabila seseorang mempersekutukan Allah dengan selain-Nya maka dia telah menyia-nyiakan hak yang paling agung. (Hushulul ma’mul, hal. 47)

Ibadah, murni hak Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya seluruh masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru di samping Allah seorangpun” (QS. Al-Jinn [72] : 18).

Di dalam ayat ini Allah melarang kita menyeru (berdo’a) kepada selain Allah. Para ulama menerangkan bahwa istilah do’a mencakup dua perkara yaitu do’a mas’alah dan do’a ibadah. Do’a mas’alah ialah perbuatan meminta kepada Allah dengan perantara nama-nama dan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah. Misalnya kita berdo’a kepada Allah dengan mengatakan, “Ya Ghofuur ighfirlii” yang artinya “Wahai Allah yang Maha pengampun, ampunilah hamba”. Atau seperti “Ya Razzaaq urzuqni” yang artinya “Wahai Allah yang Maha pemberi rizki, karuniakanlah rizki kepada hamba”, dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud do’a ibadah adalah beribadah kepada-Nya dengan landasan pengetahuan hamba terhadap konsekuensi kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Misalnya, karena anda mengetahui bahwa Allah Maha mendengar maka anda pun berusaha untuk mengatakan ucapan yang baik-baik saja. Sebagaimana di dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam” (HR. Al-Bukhori dan Muslim). Contoh lain, karena anda mengetahui Allah Maha melihat maka andapun tetap berpuasa Ramadhan meskipun tidak ada seorangpun yang melihat anda seandainya anda nekat membatalkan puasa tanpa sebab yang benar.

Singkatnya, perbedaan antara do’a mas’alah dan do’a ibadah ialah sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin, “Maka do’a mas’alah yaitu anda mengambil perantara dengan nama-nama Allah ta’ala di dalam do’a yang anda panjatkan. Sedangkan do’a ibadah yaitu anda beribadah kepada Allah berdasarkan konsekuensi nama-nama tesebut.” (Syarh Al-Qawa’id Al-Mutsla, hal. 23)

Nabi Ibrahim khawatir terjerumus syirik
Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam ayat-Nya (yang artinya),“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.” (QS. Ibrahim : 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan,“Lalu siapakah orang selain Ibrahim yang bisa merasa aman dari ancaman bencana (kesyirikan)?!” Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata,“Maka tidak ada lagi yang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentangnya dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul Majid, hal. 72)

Syirik Akbar

Syirik akbar adalah perbuatan atau keyakinan yang membuat pelakunya keluar dari Islam. Bentuknya ialah dengan menujukan salah satu peribadatan (lahir maupun batin) kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, berkorban untuk jin, dsb. Apabila ia meninggal dan belum bertaubat maka akan kekal berada di dalam neraka. Macam-macam syirik akbar :

Syirik dalam hal do’a
Yaitu perbuatan memanjatkan permohonan kepada selain Allah disamping kepada Allah. Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Apabila mereka menaiki kapal (dan terombang-ambing di tengah samudera) maka merekapun berdo’a kepada Allah dengan ikhlas (tidak syirik sebagaimana ketika dalam kondisi tentram di darat). Kemudian tatkala Kami selamatkan mereka ke daratan maka merekapun berbuat syirik.” (QS. Al-‘Ankabuut : 65) Termasuk kategori syirik ini adalah : meminta perlindungan (isti’adzah) kepada selain Allah dalam perkara yang hanya dikuasai oleh Allah, meminta pertolongan (isti’anah) kepada selain Allah, meminta dihilangkan bala (istighatsah) kepada selain Allah, dll.

Syirik dalam hal niat dan keinginan
Yaitu melakukan suatu amal ibadah dengan niat karena selain Allah. Seperti orang yang beramal akhirat semata-mata untuk meraih keuntungan duniawi. Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Barangsiapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak meraih apa-apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia-sialah segala amal usaha mereka.” (QS. Huud : 15-16)

Syirik dalam hal ketaatan
Yaitu mentaati selain Allah untuk berbuat durhaka kepada Allah. Seperti contohnya mengikuti para tokoh dalam hal mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Mereka telah menjadikan para pendeta (ahli ilmu) dan rahib (ahli ibadah) mereka sebagai sesembahan-sesembahan selain Allah, begitu pula (mereka sembah) Al Masih putera Maryam. Padahal mereka itu tidak disuruh melainkan supaya menyembah sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, Maha suci Dia (Allah) dari segala bentuk perbutan syirik yang mereka lakukan.” (QS. At-Taubah : 31)

Syirik dalam hal kecintaan
Yaitu mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan. Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Dan di antara manusia ada orang yang mengangkat sekutu-sekutu selain Allah yang mereka cintai sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165) Kalau mensejajarkan cintanya kepada selain Allah dengan cintanya kepada Allah saja sudah begitu besar dosanya, lalu bagaimana lagi jika seseorang justru lebih mencintai pujaannya lebih dalam daripada kecintaannya kepada Allah ? Lalu bagaimana lagi orang yang sama sekali tidak menaruh rasa cinta kepada Allah ?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah (lihat At-Tauhid li shaffits-tsaalits al ‘aali, hal. 10-11)

Syirik Ashghar

Syirik ashghar yaitu perbuatan atau keyakinan yang mengurangi keutuhan tauhid. Apabila seseorang terjerumus di dalamnya maka dia menanggung dosa yang sangat besar, bahkan dosa besar yang terbesar di bawah tingkatan syirik akbar dan di atas dosa-dosa besar lain seperti mencuri dan berzina. Namun orang yang melakukannya tidak sampai keluar dari Islam. Dan apabila meninggal dalam keadaan berbuat syirik ashghar ini maka pelakunya termasuk orang yang diancam tidak diampuni dosanya dan terancam dijatuhi siksaan di neraka, meskipun tidak akan kekal di sana. Syirik ashghar ini terbagi menjadi syirik zhahir (tampak) dan syirik khafi (tersembunyi/samar)

Syirik zhahir

Jenis ini meliputi ucapan dan perbuatan fisik yang menjadi sarana menuju syirik akbar. Atau bisa juga diartikan dengan ucapan dan perbuatan yang disebut sebagai syirik oleh dalil-dalil syari’at akan tetapi tidak mencapai tingkatan tandid/persekutuan secara mutlak. Contohnya adalah : bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR. Tirmidzi, beliau (Tirmidzi) menghasankannya, dan dishahihkan juga oleh Al-Hakim) Contoh lainnya adalah : mengatakan maa syaa’a Allahu wa syi’ta (apa pun yang Allah kehendaki dan yang kamu inginkan). Ketika ada seseorang yang mengatakan ucapan itu kepada beliau, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan bersabda,“Apakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah ?! Katakanlah Apa pun yang Allah kehendaki, cukup itu saja” (HR. Nasa’i) Atau mengatakan : ‘Seandainya bukan karena dokter maka saya tidak akan sembuh’, dan lain sebagainya. Adapun yang berupa perbuatan fisik ialah seperti memakai jimat untuk tolak bala apabila meyakininya sebagai sebab perantara saja untuk mewujudkan keinginannya. Akan tetapi jika dia meyakininya sebagai faktor utama penentu tercapainya tujuan maka status perbuatan itu berubah menjadi syirik akbar dan mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam.

Syirik khafi

Jenis ini terletak di dalam gerak-gerik hati manusia. Ia dapat berujud rasa ingin dilihat dan menginginkan pujian orang dalam beramal (riya’) atau ingin didengar (sum’ah). Seperti contohnya; membagus-baguskan gerakan atau bacaan shalat karena mengetahui ada orang yang memperhatikannya. Contoh lainnya adalah bersedekah karena ingin dipuji, berjihad karena ingin dijuluki pemberani, membaca Qur’an karena ingin disebut Qari’, mengajarkan ilmu karena ingin disebut sebagi ‘alim, dll. Dengan catatan dia masih mengharapkan keridhaan Allah dari perbuatannya itu. Amal yang tercampuri syirik semacam ini tidak akan diterima oleh Allah. Dan apabila ternyata dia hanya mencari tujuan-tujuan hina itu maka perbuatan yang secara lahir berupa amal shalih itu telah berubah menjadi syirik akbar, sebagaimana halnya riya’nya orang munafik. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab,“Yaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia murka. Binasa dan amat merugilah dia..” (HR. Bukhari) (lihat At-Tauhid li shaffits tsalits al ‘aali, hal. 11-12)

Kiat Membentengi diri dari Syirik

  1. Mengikhlashkan ibadah hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla dengan senantiasa berupaya memurnikan tauhid
  2. Menuntut ilmu syar’i
  3. Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahannam dan menghapuskan amal kebaikan
  4. Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah
  5. Tidak berteman dengan orang-orang bodoh yang hanyut dalam berbagai bentuk kesyirikan

Maka berhati-hatilah saudaraku dari kesyirikan dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak menyadarinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian ?” Mereka (para sahabat) mengatakan,“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu” Beliau bersabda,“Pada pagi hari ini ada diantara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada-Ku. Orang yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ‘Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang’” (Muttafaq ‘alaih) (lihat kutaib ‘Isyruuna ‘uqbatan fii thariiqil muslim yajibul hadzru minhaa)

Balasan bagi orang yang bersih tauhidnya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al An’aam : 82).

Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah mengatakan, “Mereka itu adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah dan tidak menodai tauhidnya dengan kesyirikan. Mereka itulah yang mendapatkan keamanan. Sedangkan keamanan itu ada dua macam : keamanan mutlak dan keamanan muqayyad/tidak mutlak. Yang pertama itu ialah keamanan dari tertimpa azab. Keamanan ini diperuntukkan bagi orang yang meninggal di atas tauhid dan tidak terus menerus berkubang dalam dosa-dosa besar. Adapun yang kedua berlaku bagi orang yang meninggal di atas tauhid akan tetapi dia masih dalam keadaan berkubang dalam dosa-dosa besar. Maka dia akan memperoleh keamanan dari hukuman kekal di dalam neraka.” (Ibthalu tandiid, hal. 19)


Artikel asli: http://abumushlih.com/dosa-yang-paling-mengerikan.html/